Senin, 13 November 2017

TEKNIK PENGUMPULAN DATA LAPANGAN, TERMASUK MEMILIH DAN MELATIH PEWAWANCARA DALAM PENELITIAN SURVEI




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Secara umum beberapa proses penelitian yang dikemukakan oleh Sugioyono yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1.1
Komponen dan Proses Penelitian pada Umumnya[1]
Pengumpulan data merupakan salah satu proses yang dilakukan dalam penelitian, yang secara umum pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknik interviews, questionnaires, observations, and documentary research sebagai yang dikemukakan oleh Will Gibson di atas.
Penelitian survei untuk menggeneralisasikan hasil penelitian terhadap populasi dengan jumlah yang cukup banyak dapat dilakukan oleh peneliti dengan mendeskripsikan secara kuantitatif.[2] Akan tetapi penelitian juga dapat dilakukan dengan pendekatan kualitatif apabila penelitian yang dilakukan dengan populasi subjek penelitian yang kecil atau sedikit dan tidak melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang diperoleh.
Penelitian survei merupakan kegiatan penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu. Menurut Sukardi mengemukakan tiga tujuan penting dalam penelitian survei, yaitu:
1.1.1        Mendeskripsikan keadaan alami yang hidup saat itu,
1.1.2        Mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan, dan
1.1.3        Menentukan hubungan sesuatu yang hidup di antara kejadian spesifik.[3]
Ketiga tujuan penting dalam penelitian survei yang dikemukakan tersebut dipahami bahwa penelitian survei merupakan penelitian yang dilakukan secara alami untuk mengukur keadaan sekarang yang dapat dibandingkan atau dihubungkan dengan sesuatu yang lainnya.
Penelitian survei banyak dilakukan pada penelitian sosial, seperti untuk mengadakan survei menjelang pemilihan umum, pemilihan kepala daerah dan lain sebagainya. Namun pada dunia pendidikan juga dapat dilakukan penelitian survei, salah satunya dapat dilakukan pada penelitian sikap, letak sekolah dalam suatu kawasan dan lain sebagainya.
Pengumpulan data tentu menjadi perhatian bagi peneliti, dengan proses pengumpulan data peneliti melakukan penelitiannya, hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Will Gibson yang mengungkapkan bahwa “Methods of data collection are of course a central concern for social researchers; figuring out how to use and conduct interviews, questionnaires, observations, and documentary research...”.[4]
Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan informasi dari varibel yang dipilih dalam suatu penelitian. Proses pengumpulan informasi tersebut merupakan proses mahal yang membutuhkan sumber daya yang tepat dan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian secara langsung. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, pewawancara harus memiliki kecakapan yang baik, baik peneliti langsung sebagai pewawancara maupun orang lain. Sebelum proses pengumpulan data, pewawancara harus dilatih agar dapat melakukan wawancara dengan baik.
Dengan latar belakang tersebut perlu dipahami dengan baik dan saksama tentang “teknik pengumpulan data lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara”.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, adapun masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1     Bagaimanakah teknik pengumpulan data dalam penelitian survei?
1.2.2     Bagaimanakah cara memilih dan melatih pewawancara untuk penelitian survei?
1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1.3.1     Ingin mengetahui teknik pengumpulan data dalam penelitian survei,
1.3.2     Ingin mengetahui cara memilih dan melatih pewawancara untuk penelitian survei.
1.4  Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang teknik pengumpulan data lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara, walaupun makalah ini erat hubungan dengan populasi dan sampel, instrumen penelitian, analisis data maupun yang lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Teknik Pengumpulan Data Lapangan
Setiap penelitian yang dilakukan oleh seseorang, dalam mengumpulkan data hasil penelitian tentu menggunakan teknik pengumpulan data. Dalam buku Survey Methods and Practices, teknik pengumpulan data dalam penelitian survei dapat dilakukan dengan teknik: self-enumeration, personal interview or telephone interview; dan computer-assisted versus paper based questionnaires.[5] Akan tetapi menurut Nesbari, Sue dan Ritler yang dikutip oleh John W. Creswell mengungkapkan empat teknik pengumpulan data, yaitu: 1) kuesioner yang disusun sendiri (self-administrered questionnaires), 2) wawancara (intervews), 3) review catatan terstruktur (structured record review) untuk mengumpulkan informasi finansial, medis atau sekolah, 4) observasi terstruktur (structured observation). Pengumpulan data juga dapat dilakukan dengan menerapkan survei berbasis website atau internet dan mengolahnya secara online.[6]
Ada berbagai isu yang harus diperhatikan ketika memilih metode pengumpulan data:
·         Informasi koleksi yang tersedia pada bingkai survei;
·         Karakteristik populasi sasaran;
·         Sifat dari pertanyaan yang diajukan;
·         Sumber daya yang tersedia (misalnya, pewawancara);
·         Betapa mudahnya kuesioner adalah untuk menyelesaikan;
·         Pertimbangan privasi;
·         Persyaratan kualitas data.[7]
Untuk memahami hal tersebut berikut ini akan dijelas lebih lanjut
2.1.1.   Self-enumeration
Teknik pengumpulan data Self-enumeration ini, responden melengkapi kuesioner tanpa bantuan dari seorang pewawancara. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan mengumpulkan data penelitian, kuesioner dapat dikirimkan dan dikembalikan oleh responden melalui pos atau faksimile, elektronik (termasuk internet) atau oleh an enumerator.
Jika kuesioner dikembalikan melalui faksimile atau secara elektronik, maka identitas pengisi kuesioner atau responden harus diaman dan harus dijamin kerahasiaan data responden). Ketika berbasis kertas, metode ini disebut Paper and Pencil Interviewing (PAPI), ketika berbasis komputer disebut Computer-Assisted Self Interviewing (CASI). [8]
Dalam menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner atau angket memiliki beberapa keunggulan dalam penelitian survei sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukardi, yaitu:
·         Biaya murah dibandingkan dengan menggunakan alat pengumpulan data yang lainnya seperti wawancara dan observasi, karena dengan mengirim angket jauh lebih murah bila dibandingkan dengan harus bertemu langsung dengan responden, baik responden tersebut mau diwawancarai maupun responden tersebut diobservasi,
·         Dapat menjangkau responden dengan jumlah besar dengan tempat tinggal yang jauh, dengan mengirim kuesioner atau angket melalui jasa pengiriman,
·         Dapat direncanakan dengan penampilan angket yang bagus, sederhana dan menarik, karena dalam penyusunan kuesioner atau angket peneliti telah memikirkan dengan baik sehingga pertanyaan maupun pertanyaan yang harus dikonfirmasi oleh responden disusun secara sistematis,
·         Dapat diadministrasi dengan mudah, karena dokumen kuesioner atau angket dengan skala yang jelas,
·         Dengan alasan tertentu, pengisian angket dapat dilakukan dengan model anonim atau merahasiakan identitas responden, sehingga responden tidak perlu khawatir terhadap respons yang diberikannya.[9]
Selain kuesioner atau angket memiliki keunggulan dalam penelitian survei, akan tetapi teknik pengumpulan data tersebut juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan penelitian survei dengan menggunakan kuesioner atau angket adalah sebagai berikut:
·         Kemungkinan terjadi tingkat pengembalian responden rendah, hal ini dapat terjadi berbagai faktor di antaranya faktor pendidikan yang rendah, melibatkan orang-orang tua, dan lain sebagainya,
·         Tidak ada kepastian bahwa pertanyaan maupun pernyataan kuesioner atau angket yang diberikan responden diketahui dengan baik oleh responden,
·         Tidak ada kepastian bahwa yang menjawab adalah responden yang dimaksud oleh peneliti, karena bisa saja terjadi responden meminta bantuan orang lain untuk mengisi kuesioner atau angket tersebut.[10]
Cara yang paling umum penyampaian dan mengembalikan kuesioner atau angket adalah:
·         Personal delivery/pick up of paper questionnaire;
·         Mail out/personal pick up of paper questionnaire;
·         Mersonal delivery/mail back of paper questionnaire;
·         Mail out/mail back of paper questionnaire [11]
2.1.2.   Interviewer-assisted
·         Personal Interviews
Pewawancara membantu responden untuk menyelesaikan kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti. Wawancara tersebut dilakukan secara langsung, biasanya dapat dilakukan di kediaman responden atau tempat kerja, meskipun hal ini juga dapat dilakukan di tempat umum (misalnya, bandara, pusat perbelanjaan dan lain sebagainya). Teknik pengumpulan data tersebut ketika berbasis kertas, metode ini disebut Paper and Pencil Interviewing (PAPI), kemudian bila berbasis komputer disebut Computer-Assisted Personal Interviewing (CAPI).[12]
Pewawancara memiliki beberapa tanggung jawab dalam sebuah wawancara di antaranya: pewancara harus memotivasi responden, untuk memberikan dan mengklarifikasi pertanyaan bila perlu, dari menjawab pertanyaan responden, serta untuk menyelidiki setelah jawaban yang dikemukakan belum memadai. Hal tersebut sebagaimana yang dimukakan oleh Edith D. de Leeuw, Joop J. Hox dan Don A. Dillman yang mengemukakan bahwa Interviewers have several responsibilities during an interview: they have to motivate respondents, to deliver and when necessary clarify questions, to answer respondent's queries, and to probe after inadequate answers.[13]
Selain itu dalam situasi tatap muka pewawancara dapat menggunakan bahasa isyarat nonverbal (misalnya, tersenyum, mengangguk dan lain sebagainya) untuk memotivasi responden dan menjaga arus informasi yang diberikannya. Selanjutnya, pewawancara dapat memantau dan bereaksi terhadap ekspresi nonverbal responden. Dalam wawancara telepon tugas ini lebih sulit; komunikasi nonverbal adalah mustahil dan pewawancara harus waspada untuk menghadiri informasi pendengaran.
Faktor lain dalam menggunakan wawancara individual ini memiliki kontrol yang paling baik, karena dalam sebuah wawancara tatap muka antara pewawancara dan responden. Sebagai inisiator dari percakapan inisiatif diberikan kepada pewawancara, tetapi aturan sosial dari perilaku yang baik selama proses wawancara, laju wawancara dan aliran komunikasi ditentukan oleh kedua belah pihak yang terlibat.
Teknik pengumpulan data Personal Interviews tersebut juga dapat dikatakan dengan wawancara individual. Teknik pengumpulan data tersebut merupakan pendekatan yang konvensional yang juga dapat disebut dengan wawancara perorangan. Teknik pengumpulan data tersebut dipandang lebih berhasil apabila peneliti merasa tertantang (challenging) untuk melakukan eksplorasi permasalahan dengan informasi yang terbatas.
Menurut Sukardi teknik pengumpulan data wawancara individual dalam penelitian survei memiliki kelebihan antara lain:
o   Bersifat lebih personal
o   Memungkinkan wawancara yang mendalam dengan jawaban yang bebas,
o   Proses dapat fleksibel degan menyesuaikan situasi dan kondisi lapangan yang ada,
o   Memungkinkan peneliti memperoleh informasi tambahan dari responden yang berkaitan dengan gerakan tangan, badan, nada dan suara jawaban.[14]
Sementara itu ada keuntungan lain dalam menggunakan teknik pengumpulan data Personal Interviews, yaitu:
o   Interviewers can make direct observations (this is not possible with telephone interviews);
o   Interviewers generally do a better job of converting refusals in person;
o   Interviewers can instil confidence in respondents by showing them official identification.
Penelitian survei dengan teknik pengumpulan data wawancara memiliki beberapa kelemahan, yakni:
o   Lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lama, karena untuk menemui responden membutuhkan transportasi dan dengan demikian juga membutuhkan waktu yang lama antara satu responden dengan responden yang lainnya,
o   Memungkinkan terjadi intimidasi ketika terjadi hal yang mengecewakan responden, seperti perbedaan ras, etnis, latar belakang sosial dan lain sebagainya,
o   Terjadinya manipulasi secara terang-terangan dari pewancara,
o   Memungkinkan terjadinya konflik pribadi,
o   Memerlukan keterampilan berwawancara,
o   Mungkin sulit menyimpulkan temuan hasil wawancara.[15]
Kelemahan lain menggunakan teknik pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:
o   It is sometimes difficult to hire and retain suitably qualified interviewers in all surveyed areas;
o   It is difficult to shift workloads to less busy interviewers;
o   It is difficult to implement a quality control program for the interviewing process.
·         Telephone Interviews
Pewawancara membantu responden untuk menyelesaikan kuesioner melalui telepon. Ketika berbasis kertas, metode ini disebut Paper and Pencil Interviewing (PAPI), ketika berbasis komputer, hal itu disebut Computer-Assisted Telephone Interviewing (CATI). Pemanfaatan teknik pengumpulan data Telephone Interviews dalam penelitian survei berharap tingkat respons yang wajar dengan biaya yang wajar pula.
Wawancara melalui telepon juga dapat digunakan untuk mengajukan pertanyaan yang sensitif, meskipun metode ini tidak sebagai anonymous sebagai self-enumeration. Teknik pengumpulan data ini dipandang lebih aman bila dibandingkan dengan teknik pengumpulan wawancara perorangan atau individual karena pewawancara tidak perlu melakukan perjalanan ke daerah berbahaya atau terpencil. Dan jika responden tidak di rumah atau ingin menjadwal ulang wawancaranya, sedikit waktu yang terbuang untuk menghubungi responden. Akhirnya, kontrol kualitas proses wawancara dapat dengan mudah diimplementasikan sejak wawancara telepon dapat dengan mudah dipantau.
Adapun kelemahan dari teknik pengumpulan data wawancara telepon dalam penelitian survei meliputi:
o   Mungkin sulit untuk membangun kerangka survei dengan cakupan yang baik melalui nomor telepon;
o   Nomor telepon sampel sering tidak efisien (yakni, mungkin telepon banyak out-of-scope units);
o   Kerahasiaan mungkin menjadi masalah jika orang lain bisa mendengar jawaban responden;
o   Mungkin lebih sulit untuk meyakinkan orang tentang pentingnya survei;
o   Wawancara telepon mungkin mahal jika panggilan jarak jauh (inter lokal).[16]
2.1.3.   Other Methods of Collection
Selain teknik pengumpulan data yang dijelaskan di atas, teknik pengumpulan data selain itu juga dapat dilakukan dalam penelitian survei yakni teknik pengumpulan data pengamatan langsung, pelaporan data elektronik, data administrasi, metode gabungan dan survei tambahan atau omnibus. Hal ini sama seperti yang dikemukakan dalam buku Methods and Practices, bahwa besides self-enumeration and interviewer-assisted methods, other data collection methods include: direct observation, electronic data reporting, administrative data, combined methods and supplementary or omnibus surveys. [17]
Untuk lebih jelasnya akan diuraikan berikut ini:
·         Direct observation
Metode ini terdiri dari mengamati atau mengukur langsung karakteristik yang menarik di lapangan atau di laboratorium. Ini mungkin satu-satunya kemungkinan untuk konsep-konsep tertentu (misalnya, beberapa data medis) dan umumnya digunakan untuk survei harga. Remote sensing adalah suatu bentuk pengamatan langsung yang menafsirkan citra satelit. Hal ini digunakan dalam beberapa survei pertanian untuk memperkirakan jenis dan bidang tanaman. Bentuk koleksi tidak dapat diterapkan untuk sebagian besar data, karena sebagian besar data yang tidak dapat diamati atau diukur secara langsung.
Pengamatan langsung biasanya tepat, ketika pengamatan tidak menjadi beban bagi responden. Namun, ketika pengamatan langsung dapat menjadi menjengkelkan atau memberatkan bagi responden: misalnya, sebuah studi medis yang mengambil sampel darah dari pasien. Hal ini dapat mengakibatkan tingkat partisipasi rendah.
Salah satu kesulitan dengan pengukuran langsung adalah bahwa hal itu dapat menjadi mahal karena semua observer harus dilatih untuk mengamati atau mengukur data dan ini mungkin memerlukan spesialisasi (misalnya, perawat untuk melakukan pengukuran tekanan darah). Jika spesialis yang diperlukan dan hanya beberapa yang bisa disewa, ini sangat dapat membatasi ukuran sampel dan desain.[18]
·         Electronic Data Reporting (EDR)
Beberapa survei memungkinkan responden untuk menyediakan data elektronik mereka (misalnya, pada disket, kaset komputer atau cartridge) dalam format mereka sendiri. EDR adalah bentuk Self-enumeration dan bisa sangat nyaman untuk responden, tetapi biasanya hanya ditawarkan ketika tidak ada cara lain untuk mendapatkan data. Sebagai contoh, beberapa bisnis hanya dapat memberikan data mereka dengan cara ini.
Ketika data ditransfer dari komputer responden untuk lembaga statistik menggunakan dedicated line (modem ke modem), ini disebut sebagai Computer Data Transfer. EDR sering dihindari karena, jika format standar tidak dapat disepakati dengan responden, pekerjaan yang luas terlibat dalam mengedit dan memanipulasi data sesuai dengan format yang dibutuhkan oleh lembaga statistik.[19]

·         Administrative Data
Beberapa survei dapat memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari data administrasi yang ada. Data administrasi adalah data yang telah dikumpulkan untuk tujuan administratif (misalnya, untuk mengelola, mengatur atau kegiatan pajak dari bisnis atau individu) sebagai lawan keperluan statistik (untuk mempelajari kelompok individu, bisnis, peternakan, dan lain-lain).[20]
Catatan administrasi memiliki keuntungan besar dalam bahwa mereka menghindari sebagian besar dari biaya pengumpulan data dan beban responden. Mereka juga dapat menghasilkan hasil survei tepat waktu karena data sudah ada. Namun, tujuan dari program administrasi mungkin cukup berbeda dari survei, karena konsep dan definisi harus hati-hati dinilai (misalnya, populasi sasaran dan cakupan
populasi target). Juga, ada kurangnya kontrol atas kualitas data (yang ditentukan oleh administrator, bukan lembaga statistik). Tindak lanjut dari mengedit kegagalan biasanya tidak mungkin. Ada juga pekerjaan pengolahan biasanya cukup harus dilakukan untuk memastikan bahwa data administratif dalam format yang dibutuhkan oleh lembaga statistik. Akhirnya, mungkin ada masalah privasi mengenai penggunaan data administrasi untuk keperluan statistik. [21]
2.2  Memilih dan Melatih Pewawancara
Pewawancara memainkan peran penting dalam survei, sebagai anggota tim peneliti yang menerapkan desain survei. Mereka sering diminta untuk melakukan banyak tugas dengan tingkat akurasi yang tinggi. Dalam kedua survei telepon dan tatap muka, pewawancara harus menghubungi rumah tangga, menjelaskan tujuan penelitian, menyebutkan anggota rumah tangga, pilih responden, memotivasi responden untuk berpartisipasi, mengajukan pertanyaan dengan cara yang diperlukan, menempatkan responden nyaman, dan akurat merekam jawaban responden serta informasi lain yang diperlukan. Tergantung pada topik survei dan survei konteks, pewawancara mungkin diperlukan untuk melakukan tugas-tugas tambahan, seperti pengumpulan biomeasure.
Pewawancara dapat mempengaruhi tanggapan melalui atribut pribadi mereka dan perilaku mereka, atau dikenal sebagai efek pewawancara (atau efek pewawancara). Pedoman ini strategi ini untuk mengoptimalkan efisiensi pewawancara dan meminimalkan efek yang pewawancara dalam atribut data melalui perekrutan yang sesuai, seleksi, dan kasus tugas; mereka juga strategi hadir untuk meminimalkan efek bahwa perilaku pewawancara terhadap kesalahan sampling, error response, kesalahan pengukuran, dan kesalahan pengolahan melalui pelatihan pewawancara. Perhatikan bahwa survei multinasional, multikultural, atau multiregional, yang kita sebut sebagai "3MC" survei, menyajikan tantangan khusus karena rekrutmen, seleksi dan pelatihan pewawancara bisa sangat bervariasi di antara negara-negara yang berbeda, karena perbedaan dalam lingkungan budaya, infrastruktur yang ada , dan sumber daya yang tersedia.[22]
Untuk meningkatkan kualitas keseluruhan dari data survei dengan meminimalkan efek pewawancara sambil mengendalikan biaya dengan mengoptimalkan efisiensi pewawancara.
Struktur dan komposisi staf wawancara harus ditetapkan selama desain dan perencanaan tahapan proyek karena keputusan ini akan menentukan jumlah dan jenis pewawancara dibutuhkan, protokol pelatihan, sampel tugas, dan metode yang paling efisien pengawasan. Lihat juga Jenjang Desain dan Struktur Organisasi dan tender, Tawaran, dan Kontrak untuk diskusi tentang keputusan tentang wawancara staf.
Adapun langkah-langkah prosedural yang dilakukan adalah:
·         Pertimbangkan parameter seperti ukuran sampel dan, untuk studi tatap muka, distribusi geografis; waktu dan durasi periode pengumpulan data; keterbatasan anggaran; dan bahasa di mana wawancara akan terjadi.[23]
·         Untuk studi tatap muka, memutuskan apakah pewawancara akan melakukan perjalanan, baik secara individu maupun dalam tim dengan supervisor, atau secara lokal ditetapkan. Lihat juga Pengumpulan Data: Face-to-Face Survei untuk diskusi tambahan.
Faktor-faktor yang mendukung penggunaan bepergian pewawancara meliputi:
·         Biaya pelatihan yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan pewawancara lokal, karena ada sedikit pewawancara untuk melatih dan pelatih tidak harus melakukan perjalanan ke banyak lokasi yang berbeda.
·         Pelanggaran kerahasiaan kurang dari suatu masalah daripada dengan pewawancara lokal karena pewawancara tidak mungkin untuk mengetahui responden secara pribadi.
·         Responden mungkin lebih bersedia untuk berpartisipasi dalam survei sensitif-topik jika pewawancara adalah orang asing atau "orang luar" (Lee, 1993).
Faktor-faktor yang mendukung penggunaan bepergian tim daripada bepergian pewawancara individu meliputi:
·         Bepergian sebagai sebuah kelompok mungkin lebih aman daripada bepergian secara individual.
·         Pemantauan dan pengawasan lebih mudah karena supervisor adalah bagian dari kelompok dan dalam kontak harian dekat dengan pewawancara.
·         Pewawancara memiliki lebih banyak kesempatan untuk berbagi pengalaman, belajar dari satu sama lain, dan mendukung satu sama lain daripada mereka akan jika bepergian secara individual.
·         Jika beberapa anggota rumah tangga perlu disurvei, pewawancara yang berbeda dapat berbicara kepada mereka secara bersamaan.
·         Demikian pula, jika privasi sulit untuk mencapai, salah satu pewawancara dapat berbicara kepada responden sementara yang lain terlibat anggota rumah tangga lainnya.
Faktor-faktor yang mendukung penggunaan pewawancara lokal meliputi:
·         Mempekerjakan sejumlah besar pewawancara, masing-masing dengan beban kerja yang lebih kecil, mengurangi efek desain pewawancara.
·         Dengan staf lapangan yang lebih besar, pengumpulan data dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat, meskipun efeknya tidak linear.
·         Lebih upaya panggilan dapat dibuat per kasus, karena pewawancara tetap di daerah selama periode pengumpulan data.
·         Tugas pewawancara lokal mengurangi kebutuhan pewawancara untuk perjalanan jarak besar, sehingga mengurangi biaya perjalanan dan waktu yang dikeluarkan.
·         Pewawancara lokal yang akrab dengan daerah dan lebih mungkin untuk berbagi bahasa dan adat istiadat responden; mereka mungkin mencapai tingkat respons yang lebih tinggi daripada akan orang asing atau "orang luar."


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari permasalahan yang telah dibahas tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
3.1.1     Teknik pengumpulan data dalam penelitian survei Self-enumeration, Interviewer-assisted dan Other Methods of Collection
3.1.2     Cara memilih dan melatih pewawancara dengan langkah-langkah prosedural yang dilakukan adalah:
·         Pertimbangkan parameter seperti ukuran sampel dan, untuk studi tatap muka, distribusi geografis; waktu dan durasi periode pengumpulan data; keterbatasan anggaran; dan bahasa di mana wawancara akan terjadi.[24]
·         Untuk studi tatap muka, memutuskan apakah pewawancara akan melakukan perjalanan, baik secara individu maupun dalam tim dengan supervisor, atau secara lokal ditetapkan. Lihat juga Pengumpulan Data: Face-to-Face Survei untuk diskusi tambahan.
3.2  Saran-saran
Untuk pemahaman lebih mendalam, silakan membaca penjelasan lebih luas dari referensi yang digunakan dan sumber lain yang relevan.


DAFTAR RUJUKAN
Edith D. de Leeuw, Joop J. Hox dan Don A. Dillman, International Handbook of Survey Methodology. European Association of Methodology (EAM), 2009,
John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantittative, and Mixed Methods Approaches. Third Edition. California: Thousand Oaks, 2009
Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010
Pennell, B-E., Mneimneh, Z., Bowers, A., Chardoul, S., Wells, J. E., Viana, M. C., … Vilagut, G. (2009). Implementation of the World Mental Health survey initiative. In R. C. Kessler & T. B. Üstün (Eds.), Volume 1: Patterns of mental illness in the WMH surveys. Cambridge, MA: Cambridge University Press.
Smith, T. W. (2007). Survey non-response procedures in cross-national perspective: The 2005 ISSP non-response survey. Survey Research Methods, 1(1), 45–54.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta, 2010
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016
Will Gibson, Research Methods: Sample Lecture Pack, London: Postgraduate Study in Educational and Social Research by Distance Learning University of London, 2014



[1] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta, 2010, hal. 30
[2] John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantittative, and Mixed Methods Approaches. Third Edition. California: Thousand Oaks, 2009, hal. 216
[3] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016, hal. 193
[4] Will Gibson, Research Methods: Sample Lecture Pack, London: Postgraduate Study in Educational and Social Research by Distance Learning University of London, 2014
[5] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. vi
[6] John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantittative, and Mixed Methods Approaches. Third Edition. California: Thousand Oaks, 2009, hal. 217-218
[7] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. 43
[8] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. 37
[9] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016, hal. 198
[10] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016, hal. 198
[11] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. 39
[12] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. 37-38
[13] Edith D. de Leeuw, Joop J. Hox dan Don A. Dillman, International Handbook of Survey Methodology. European Association of Methodology (EAM), 2009, hal. 115
[14] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016, hal. 200
[15] Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016, hal. 200
[16] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. 41
[17] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. 46
[18] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. 46
[19] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. 47
[20] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. 47
[21] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for Statistics Canada, 2010, hal. 47
[22] Smith, T. W. (2007). Survey non-response procedures in cross-national perspective: The 2005 ISSP non-response survey. Survey Research Methods, 1(1), 45–54.
[23] Pennell, B-E., Mneimneh, Z., Bowers, A., Chardoul, S., Wells, J. E., Viana, M. C., Vilagut, G. (2009). Implementation of the World Mental Health survey initiative. In R. C. Kessler & T. B. Üstün (Eds.), Volume 1: Patterns of mental illness in the WMH surveys. Cambridge, MA: Cambridge University Press.
[24] Pennell, B-E., Mneimneh, Z., Bowers, A., Chardoul, S., Wells, J. E., Viana, M. C., Vilagut, G. (2009). Implementation of the World Mental Health survey initiative. In R. C. Kessler & T. B. Üstün (Eds.), Volume 1: Patterns of mental illness in the WMH surveys. Cambridge, MA: Cambridge University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan yang terbaik dan konstruktif kearah yang lebih baik, terima kasih

Kasih sayang

https://soundcloud.com/user-998203906/editing-audio_b