BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara umum beberapa proses penelitian
yang dikemukakan oleh Sugioyono yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1.1
Komponen dan Proses
Penelitian pada Umumnya[1]
Pengumpulan data merupakan salah satu proses yang
dilakukan dalam penelitian, yang secara umum pengumpulan data tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik interviews,
questionnaires, observations, and documentary research sebagai yang dikemukakan oleh Will Gibson di atas.
Penelitian survei untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian terhadap populasi dengan jumlah yang cukup
banyak dapat dilakukan oleh peneliti dengan mendeskripsikan secara kuantitatif.[2]
Akan tetapi penelitian juga dapat dilakukan dengan pendekatan kualitatif
apabila penelitian yang dilakukan dengan populasi subjek penelitian yang kecil
atau sedikit dan tidak melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang
diperoleh.
Penelitian survei merupakan kegiatan
penelitian yang mengumpulkan data pada saat tertentu. Menurut Sukardi
mengemukakan tiga tujuan penting dalam penelitian survei, yaitu:
1.1.1
Mendeskripsikan keadaan alami yang hidup saat itu,
1.1.2
Mengidentifikasi secara terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan, dan
1.1.3
Menentukan hubungan sesuatu yang hidup di antara kejadian spesifik.[3]
Ketiga tujuan penting dalam penelitian
survei yang dikemukakan tersebut dipahami bahwa penelitian survei merupakan
penelitian yang dilakukan secara alami untuk mengukur keadaan sekarang yang
dapat dibandingkan atau dihubungkan dengan sesuatu yang lainnya.
Penelitian survei banyak dilakukan pada
penelitian sosial, seperti untuk mengadakan survei menjelang pemilihan umum,
pemilihan kepala daerah dan lain sebagainya. Namun pada dunia pendidikan juga
dapat dilakukan penelitian survei, salah satunya dapat dilakukan pada
penelitian sikap, letak sekolah dalam suatu kawasan dan lain sebagainya.
Pengumpulan data tentu menjadi
perhatian bagi peneliti, dengan proses pengumpulan data peneliti melakukan
penelitiannya, hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Will Gibson yang
mengungkapkan bahwa “Methods of data collection are
of course a central concern for social researchers; figuring out how to use and
conduct interviews, questionnaires, observations, and documentary research...”.[4]
Pengumpulan data merupakan proses
pengumpulan informasi dari varibel yang dipilih dalam suatu penelitian. Proses
pengumpulan informasi tersebut merupakan proses mahal yang membutuhkan sumber
daya yang tepat dan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian secara
langsung. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, pewawancara harus
memiliki kecakapan yang baik, baik peneliti langsung sebagai pewawancara maupun
orang lain. Sebelum proses pengumpulan data, pewawancara harus dilatih agar
dapat melakukan wawancara dengan baik.
Dengan latar belakang tersebut perlu
dipahami dengan baik dan saksama tentang “teknik
pengumpulan data lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah dipaparkan tersebut, adapun masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1.2.1
Bagaimanakah teknik pengumpulan data dalam penelitian survei?
1.2.2
Bagaimanakah cara memilih dan melatih pewawancara untuk penelitian survei?
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan
yang telah dirumuskan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah
ini adalah:
1.3.1
Ingin mengetahui teknik pengumpulan data dalam penelitian survei,
1.3.2
Ingin mengetahui cara memilih dan melatih pewawancara untuk penelitian
survei.
1.4
Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas
tentang teknik pengumpulan data lapangan,
termasuk memilih dan melatih pewawancara, walaupun makalah ini erat
hubungan dengan populasi dan sampel, instrumen penelitian, analisis data maupun
yang lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Teknik Pengumpulan Data Lapangan
Setiap penelitian yang
dilakukan oleh seseorang, dalam mengumpulkan data hasil penelitian tentu
menggunakan teknik pengumpulan data. Dalam buku Survey
Methods and Practices, teknik
pengumpulan data dalam penelitian survei dapat dilakukan dengan teknik: self-enumeration, personal interview or telephone interview; dan computer-assisted
versus paper based questionnaires.[5] Akan tetapi menurut Nesbari, Sue dan Ritler yang
dikutip oleh John W. Creswell mengungkapkan empat teknik pengumpulan data,
yaitu: 1) kuesioner yang disusun sendiri (self-administrered questionnaires),
2) wawancara (intervews), 3) review catatan terstruktur (structured
record review) untuk mengumpulkan informasi finansial, medis atau sekolah,
4) observasi terstruktur (structured observation). Pengumpulan data juga
dapat dilakukan dengan menerapkan survei berbasis website atau internet dan
mengolahnya secara online.[6]
Ada
berbagai isu yang harus diperhatikan ketika memilih metode pengumpulan data:
·
Informasi koleksi yang tersedia pada bingkai survei;
·
Karakteristik populasi sasaran;
·
Sifat dari pertanyaan yang diajukan;
·
Sumber daya yang tersedia (misalnya, pewawancara);
·
Betapa mudahnya kuesioner adalah untuk menyelesaikan;
·
Pertimbangan privasi;
·
Persyaratan kualitas data.[7]
Untuk memahami hal
tersebut berikut ini akan dijelas lebih lanjut
2.1.1. Self-enumeration
Teknik pengumpulan data Self-enumeration ini, responden melengkapi
kuesioner tanpa bantuan dari seorang pewawancara. Ada berbagai cara yang dapat
dilakukan mengumpulkan data penelitian, kuesioner dapat dikirimkan dan
dikembalikan oleh responden melalui pos atau faksimile, elektronik (termasuk
internet) atau oleh an enumerator.
Jika kuesioner dikembalikan melalui faksimile
atau secara elektronik, maka identitas pengisi kuesioner atau responden harus
diaman dan harus dijamin kerahasiaan data responden). Ketika berbasis kertas,
metode ini disebut Paper and Pencil Interviewing (PAPI), ketika berbasis komputer
disebut Computer-Assisted Self Interviewing (CASI). [8]
Dalam menggunakan teknik pengumpulan
data kuesioner atau angket memiliki beberapa keunggulan dalam penelitian survei
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sukardi, yaitu:
·
Biaya murah dibandingkan dengan menggunakan alat pengumpulan data yang
lainnya seperti wawancara dan observasi, karena dengan mengirim angket jauh
lebih murah bila dibandingkan dengan harus bertemu langsung dengan responden,
baik responden tersebut mau diwawancarai maupun responden tersebut diobservasi,
·
Dapat menjangkau responden dengan jumlah besar dengan tempat tinggal yang
jauh, dengan mengirim kuesioner atau angket melalui jasa pengiriman,
·
Dapat direncanakan dengan penampilan angket yang bagus, sederhana dan
menarik, karena dalam penyusunan kuesioner atau angket peneliti telah
memikirkan dengan baik sehingga pertanyaan maupun pertanyaan yang harus
dikonfirmasi oleh responden disusun secara sistematis,
·
Dapat diadministrasi dengan mudah, karena dokumen kuesioner atau angket
dengan skala yang jelas,
·
Dengan alasan tertentu, pengisian angket dapat dilakukan dengan model
anonim atau merahasiakan identitas responden, sehingga responden tidak perlu
khawatir terhadap respons yang diberikannya.[9]
Selain kuesioner atau angket memiliki
keunggulan dalam penelitian survei, akan tetapi teknik pengumpulan data
tersebut juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan penelitian survei dengan
menggunakan kuesioner atau angket adalah sebagai berikut:
·
Kemungkinan terjadi tingkat pengembalian responden rendah, hal ini dapat
terjadi berbagai faktor di antaranya faktor pendidikan yang rendah, melibatkan
orang-orang tua, dan lain sebagainya,
·
Tidak ada kepastian bahwa pertanyaan maupun pernyataan kuesioner atau
angket yang diberikan responden diketahui dengan baik oleh responden,
·
Tidak ada kepastian bahwa yang menjawab adalah responden yang dimaksud oleh
peneliti, karena bisa saja terjadi responden meminta bantuan orang lain untuk
mengisi kuesioner atau angket tersebut.[10]
Cara yang paling umum penyampaian dan mengembalikan
kuesioner atau angket adalah:
·
Personal delivery/pick up of paper questionnaire;
·
Mail out/personal pick up of paper questionnaire;
·
Mersonal delivery/mail back of paper questionnaire;
·
Mail out/mail back of paper questionnaire [11]
2.1.2.
Interviewer-assisted
·
Personal Interviews
Pewawancara membantu
responden untuk menyelesaikan kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti.
Wawancara tersebut dilakukan secara langsung, biasanya dapat dilakukan di
kediaman responden atau tempat kerja, meskipun hal ini juga dapat dilakukan di
tempat umum (misalnya, bandara, pusat perbelanjaan dan lain sebagainya). Teknik
pengumpulan data tersebut ketika berbasis kertas, metode ini disebut Paper
and Pencil Interviewing (PAPI), kemudian bila berbasis komputer disebut Computer-Assisted
Personal Interviewing (CAPI).[12]
Pewawancara memiliki
beberapa tanggung jawab dalam sebuah wawancara di antaranya: pewancara harus
memotivasi responden, untuk memberikan dan mengklarifikasi pertanyaan bila
perlu, dari menjawab pertanyaan responden, serta untuk menyelidiki setelah
jawaban yang dikemukakan belum memadai. Hal tersebut sebagaimana yang dimukakan
oleh Edith D. de Leeuw, Joop J. Hox dan Don A. Dillman yang mengemukakan bahwa Interviewers have several responsibilities during an interview: they
have to motivate respondents, to deliver and when necessary clarify questions,
to answer respondent's queries, and to probe after inadequate answers.[13]
Selain itu dalam situasi tatap muka
pewawancara dapat menggunakan bahasa isyarat nonverbal (misalnya, tersenyum,
mengangguk dan lain sebagainya) untuk memotivasi responden dan menjaga arus
informasi yang diberikannya. Selanjutnya, pewawancara dapat memantau dan bereaksi
terhadap ekspresi nonverbal responden. Dalam wawancara telepon tugas ini lebih
sulit; komunikasi nonverbal adalah mustahil dan pewawancara harus waspada untuk
menghadiri informasi pendengaran.
Faktor lain
dalam menggunakan wawancara individual ini memiliki kontrol yang paling baik,
karena dalam sebuah wawancara tatap muka antara pewawancara dan responden. Sebagai
inisiator dari percakapan inisiatif diberikan kepada pewawancara, tetapi aturan
sosial dari perilaku yang baik selama proses wawancara, laju wawancara dan
aliran komunikasi ditentukan oleh kedua belah pihak yang terlibat.
Teknik pengumpulan data Personal
Interviews tersebut juga dapat dikatakan dengan wawancara individual.
Teknik pengumpulan data tersebut merupakan pendekatan yang konvensional yang
juga dapat disebut dengan wawancara perorangan. Teknik pengumpulan data
tersebut dipandang lebih berhasil apabila peneliti merasa tertantang (challenging)
untuk melakukan eksplorasi permasalahan dengan informasi yang terbatas.
Menurut Sukardi teknik pengumpulan
data wawancara individual dalam penelitian survei memiliki kelebihan antara
lain:
o
Bersifat lebih personal
o
Memungkinkan wawancara yang mendalam dengan jawaban yang bebas,
o
Proses dapat fleksibel degan menyesuaikan situasi dan kondisi lapangan yang
ada,
o
Memungkinkan peneliti memperoleh informasi tambahan dari responden yang
berkaitan dengan gerakan tangan, badan, nada dan suara jawaban.[14]
Sementara itu ada keuntungan lain
dalam menggunakan teknik pengumpulan data Personal Interviews, yaitu:
o Interviewers
can make direct observations (this is not possible with telephone interviews);
o Interviewers
generally do a better job of converting refusals in person;
o Interviewers
can instil confidence in respondents by showing them official identification.
Penelitian survei dengan teknik
pengumpulan data wawancara memiliki beberapa kelemahan, yakni:
o
Lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lama, karena untuk menemui responden
membutuhkan transportasi dan dengan demikian juga membutuhkan waktu yang lama
antara satu responden dengan responden yang lainnya,
o
Memungkinkan terjadi intimidasi ketika terjadi hal yang mengecewakan
responden, seperti perbedaan ras, etnis, latar belakang sosial dan lain
sebagainya,
o
Terjadinya manipulasi secara terang-terangan dari pewancara,
o
Memungkinkan terjadinya konflik pribadi,
o
Memerlukan keterampilan berwawancara,
o
Mungkin sulit menyimpulkan temuan hasil wawancara.[15]
Kelemahan lain menggunakan teknik
pengumpulan data ini adalah sebagai berikut:
o It is sometimes difficult
to hire and retain suitably qualified interviewers in all surveyed areas;
o It is difficult to shift
workloads to less busy interviewers;
o It is difficult to
implement a quality control program for the interviewing process.
·
Telephone Interviews
Pewawancara
membantu responden untuk menyelesaikan kuesioner melalui telepon. Ketika
berbasis kertas, metode ini disebut Paper and Pencil Interviewing (PAPI),
ketika berbasis komputer, hal itu disebut Computer-Assisted Telephone
Interviewing (CATI). Pemanfaatan teknik pengumpulan data Telephone
Interviews dalam penelitian survei berharap tingkat respons yang wajar
dengan biaya yang wajar pula.
Wawancara melalui telepon juga dapat
digunakan untuk mengajukan pertanyaan yang sensitif, meskipun metode ini tidak
sebagai anonymous sebagai self-enumeration. Teknik pengumpulan data
ini dipandang lebih aman bila dibandingkan dengan teknik pengumpulan wawancara perorangan
atau individual karena pewawancara tidak perlu melakukan perjalanan ke daerah
berbahaya atau terpencil. Dan jika responden tidak di rumah atau ingin
menjadwal ulang wawancaranya, sedikit waktu yang terbuang untuk menghubungi
responden. Akhirnya, kontrol kualitas proses wawancara dapat dengan mudah
diimplementasikan sejak wawancara telepon dapat dengan mudah dipantau.
Adapun kelemahan dari teknik
pengumpulan data wawancara telepon dalam penelitian survei meliputi:
o
Mungkin sulit untuk membangun kerangka survei dengan cakupan yang baik melalui
nomor telepon;
o
Nomor telepon sampel sering tidak efisien (yakni, mungkin telepon banyak out-of-scope
units);
o
Kerahasiaan mungkin menjadi masalah jika orang lain bisa mendengar jawaban
responden;
o
Mungkin lebih sulit untuk meyakinkan orang tentang pentingnya survei;
o
Wawancara telepon mungkin mahal jika panggilan jarak jauh (inter lokal).[16]
2.1.3.
Other Methods of Collection
Selain teknik pengumpulan
data yang dijelaskan di atas, teknik pengumpulan data selain itu juga dapat
dilakukan dalam penelitian survei yakni teknik pengumpulan data pengamatan
langsung, pelaporan data elektronik, data administrasi, metode gabungan dan
survei tambahan atau omnibus. Hal ini sama seperti yang dikemukakan dalam buku Methods and
Practices, bahwa besides self-enumeration and interviewer-assisted methods, other data
collection methods include: direct observation, electronic data reporting,
administrative data, combined methods and supplementary or omnibus surveys.
[17]
Untuk lebih jelasnya akan
diuraikan berikut ini:
·
Direct observation
Metode ini terdiri dari
mengamati atau mengukur langsung karakteristik yang menarik di lapangan atau di
laboratorium. Ini mungkin satu-satunya kemungkinan untuk konsep-konsep tertentu
(misalnya, beberapa data medis) dan umumnya digunakan untuk survei harga. Remote
sensing adalah suatu bentuk pengamatan langsung yang menafsirkan citra
satelit. Hal ini digunakan dalam beberapa survei pertanian untuk memperkirakan
jenis dan bidang tanaman. Bentuk koleksi tidak dapat diterapkan untuk sebagian
besar data, karena sebagian besar data yang tidak dapat diamati atau diukur
secara langsung.
Pengamatan langsung biasanya tepat, ketika
pengamatan tidak menjadi beban bagi responden. Namun, ketika pengamatan
langsung dapat menjadi menjengkelkan atau memberatkan bagi responden: misalnya,
sebuah studi medis yang mengambil sampel darah dari pasien. Hal ini dapat mengakibatkan
tingkat partisipasi rendah.
Salah satu kesulitan dengan pengukuran
langsung adalah bahwa hal itu dapat menjadi mahal karena semua observer harus
dilatih untuk mengamati atau mengukur data dan ini mungkin memerlukan spesialisasi
(misalnya, perawat untuk melakukan pengukuran tekanan darah). Jika spesialis
yang diperlukan dan hanya beberapa yang bisa disewa, ini sangat dapat membatasi
ukuran sampel dan desain.[18]
·
Electronic Data Reporting (EDR)
Beberapa
survei memungkinkan responden untuk menyediakan data elektronik mereka
(misalnya, pada disket, kaset komputer atau cartridge) dalam format mereka
sendiri. EDR adalah bentuk Self-enumeration dan bisa sangat nyaman untuk responden, tetapi biasanya hanya ditawarkan
ketika tidak ada cara lain untuk mendapatkan data. Sebagai contoh, beberapa
bisnis hanya dapat memberikan data mereka dengan cara ini.
Ketika data ditransfer dari komputer
responden untuk lembaga statistik menggunakan dedicated line (modem ke
modem), ini disebut sebagai Computer Data Transfer. EDR sering dihindari
karena, jika format standar tidak dapat disepakati dengan responden, pekerjaan
yang luas terlibat dalam mengedit dan memanipulasi data sesuai dengan format
yang dibutuhkan oleh lembaga statistik.[19]
·
Administrative Data
Beberapa survei dapat
memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari data administrasi yang ada. Data
administrasi adalah data yang telah dikumpulkan untuk tujuan administratif
(misalnya, untuk mengelola, mengatur atau kegiatan pajak dari bisnis atau individu)
sebagai lawan keperluan statistik (untuk mempelajari kelompok individu, bisnis,
peternakan, dan lain-lain).[20]
Catatan administrasi memiliki
keuntungan besar dalam bahwa mereka menghindari sebagian besar dari biaya
pengumpulan data dan beban responden. Mereka juga dapat menghasilkan hasil
survei tepat waktu karena data sudah ada. Namun, tujuan dari program
administrasi mungkin cukup berbeda dari survei, karena konsep dan definisi
harus hati-hati dinilai (misalnya, populasi sasaran dan cakupan
populasi target). Juga, ada kurangnya
kontrol atas kualitas data (yang ditentukan oleh administrator, bukan lembaga
statistik). Tindak lanjut dari mengedit kegagalan biasanya tidak mungkin. Ada
juga pekerjaan pengolahan biasanya cukup harus dilakukan untuk memastikan bahwa
data administratif dalam format yang dibutuhkan oleh lembaga statistik.
Akhirnya, mungkin ada masalah privasi mengenai penggunaan data administrasi
untuk keperluan statistik. [21]
2.2
Memilih dan Melatih Pewawancara
Pewawancara memainkan
peran penting dalam survei, sebagai anggota tim peneliti yang menerapkan desain
survei. Mereka sering diminta untuk melakukan banyak tugas dengan tingkat
akurasi yang tinggi. Dalam kedua survei telepon dan tatap muka, pewawancara
harus menghubungi rumah tangga, menjelaskan tujuan penelitian, menyebutkan
anggota rumah tangga, pilih responden, memotivasi responden untuk
berpartisipasi, mengajukan pertanyaan dengan cara yang diperlukan, menempatkan
responden nyaman, dan akurat merekam jawaban responden serta informasi lain yang
diperlukan. Tergantung pada topik survei dan survei konteks, pewawancara
mungkin diperlukan untuk melakukan tugas-tugas tambahan, seperti pengumpulan biomeasure.
Pewawancara dapat mempengaruhi
tanggapan melalui atribut pribadi mereka dan perilaku mereka, atau dikenal
sebagai efek pewawancara (atau efek pewawancara). Pedoman ini strategi ini
untuk mengoptimalkan efisiensi pewawancara dan meminimalkan efek yang
pewawancara dalam atribut data melalui perekrutan yang sesuai, seleksi, dan
kasus tugas; mereka juga strategi hadir untuk meminimalkan efek bahwa perilaku
pewawancara terhadap kesalahan sampling, error response, kesalahan
pengukuran, dan kesalahan pengolahan melalui pelatihan pewawancara. Perhatikan
bahwa survei multinasional, multikultural, atau multiregional, yang kita sebut
sebagai "3MC" survei, menyajikan tantangan khusus karena rekrutmen,
seleksi dan pelatihan pewawancara bisa sangat bervariasi di antara
negara-negara yang berbeda, karena perbedaan dalam lingkungan budaya,
infrastruktur yang ada , dan sumber daya yang tersedia.[22]
Untuk meningkatkan kualitas
keseluruhan dari data survei dengan meminimalkan efek pewawancara sambil
mengendalikan biaya dengan mengoptimalkan efisiensi pewawancara.
Struktur dan komposisi staf wawancara
harus ditetapkan selama desain dan perencanaan tahapan proyek karena keputusan
ini akan menentukan jumlah dan jenis pewawancara dibutuhkan, protokol
pelatihan, sampel tugas, dan metode yang paling efisien pengawasan. Lihat juga
Jenjang Desain dan Struktur Organisasi dan tender, Tawaran, dan Kontrak untuk
diskusi tentang keputusan tentang wawancara staf.
Adapun langkah-langkah prosedural yang
dilakukan adalah:
·
Pertimbangkan parameter seperti ukuran sampel dan, untuk studi tatap muka,
distribusi geografis; waktu dan durasi periode pengumpulan data; keterbatasan
anggaran; dan bahasa di mana wawancara akan terjadi.[23]
·
Untuk studi tatap muka, memutuskan apakah pewawancara akan melakukan
perjalanan, baik secara individu maupun dalam tim dengan supervisor, atau
secara lokal ditetapkan. Lihat juga Pengumpulan Data: Face-to-Face
Survei untuk diskusi tambahan.
Faktor-faktor yang mendukung
penggunaan bepergian pewawancara meliputi:
·
Biaya pelatihan yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan
pewawancara lokal, karena ada sedikit pewawancara untuk melatih dan pelatih
tidak harus melakukan perjalanan ke banyak lokasi yang berbeda.
·
Pelanggaran kerahasiaan kurang dari suatu masalah daripada dengan
pewawancara lokal karena pewawancara tidak mungkin untuk mengetahui responden
secara pribadi.
·
Responden mungkin lebih bersedia untuk berpartisipasi dalam survei
sensitif-topik jika pewawancara adalah orang asing atau "orang luar"
(Lee, 1993).
Faktor-faktor yang mendukung
penggunaan bepergian tim daripada bepergian pewawancara individu meliputi:
·
Bepergian sebagai sebuah kelompok mungkin lebih aman daripada bepergian
secara individual.
·
Pemantauan dan pengawasan lebih mudah karena supervisor adalah bagian dari
kelompok dan dalam kontak harian dekat dengan pewawancara.
·
Pewawancara memiliki lebih banyak kesempatan untuk berbagi pengalaman,
belajar dari satu sama lain, dan mendukung satu sama lain daripada mereka akan
jika bepergian secara individual.
·
Jika beberapa anggota rumah tangga perlu disurvei, pewawancara yang berbeda
dapat berbicara kepada mereka secara bersamaan.
·
Demikian pula, jika privasi sulit untuk mencapai, salah satu pewawancara
dapat berbicara kepada responden sementara yang lain terlibat anggota rumah
tangga lainnya.
Faktor-faktor yang mendukung
penggunaan pewawancara lokal meliputi:
·
Mempekerjakan sejumlah besar pewawancara, masing-masing dengan beban kerja
yang lebih kecil, mengurangi efek desain pewawancara.
·
Dengan staf lapangan yang lebih besar, pengumpulan data dapat diselesaikan
dalam waktu yang lebih singkat, meskipun efeknya tidak linear.
·
Lebih upaya panggilan dapat dibuat per kasus, karena pewawancara tetap di
daerah selama periode pengumpulan data.
·
Tugas pewawancara lokal mengurangi kebutuhan pewawancara untuk perjalanan
jarak besar, sehingga mengurangi biaya perjalanan dan waktu yang dikeluarkan.
·
Pewawancara lokal yang akrab dengan daerah dan lebih mungkin untuk berbagi
bahasa dan adat istiadat responden; mereka mungkin mencapai tingkat respons
yang lebih tinggi daripada akan orang asing atau "orang luar."
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari
permasalahan yang telah dibahas tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:
3.1.1 Teknik pengumpulan data dalam
penelitian survei Self-enumeration, Interviewer-assisted dan Other Methods
of Collection
3.1.2 Cara memilih dan melatih
pewawancara dengan langkah-langkah prosedural yang dilakukan adalah:
·
Pertimbangkan parameter seperti ukuran sampel dan, untuk studi tatap muka,
distribusi geografis; waktu dan durasi periode pengumpulan data; keterbatasan
anggaran; dan bahasa di mana wawancara akan terjadi.[24]
·
Untuk studi tatap muka, memutuskan apakah pewawancara akan melakukan
perjalanan, baik secara individu maupun dalam tim dengan supervisor, atau
secara lokal ditetapkan. Lihat juga Pengumpulan Data: Face-to-Face
Survei untuk diskusi tambahan.
3.2
Saran-saran
Untuk
pemahaman lebih mendalam, silakan membaca penjelasan lebih luas dari referensi
yang digunakan dan sumber lain yang relevan.
DAFTAR RUJUKAN
Edith D. de Leeuw, Joop J. Hox dan Don A. Dillman,
International Handbook of Survey Methodology. European Association of Methodology (EAM), 2009,
John W. Creswell, Research
Design: Qualitative, Quantittative, and Mixed Methods Approaches. Third
Edition. California: Thousand Oaks, 2009
Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010
Pennell, B-E., Mneimneh, Z., Bowers, A.,
Chardoul, S., Wells, J. E., Viana, M. C.,
… Vilagut, G. (2009). Implementation of the World Mental Health survey
initiative. In R. C. Kessler & T. B. Üstün (Eds.), Volume 1: Patterns of
mental illness in the WMH surveys. Cambridge, MA: Cambridge University Press.
Smith, T. W. (2007). Survey non-response
procedures in cross-national perspective: The 2005 ISSP non-response survey.
Survey Research Methods, 1(1), 45–54.
Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta, 2010
Sukardi, Metodologi Penelitian
Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016
Will Gibson, Research Methods: Sample Lecture
Pack, London: Postgraduate Study in Educational and Social Research by
Distance Learning University of London, 2014
[1] Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta,
2010, hal. 30
[2] John W. Creswell, Research
Design: Qualitative, Quantittative, and Mixed Methods Approaches. Third
Edition. California: Thousand Oaks, 2009, hal. 216
[3] Sukardi, Metodologi
Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2016, hal. 193
[4] Will
Gibson, Research Methods: Sample Lecture Pack, London: Postgraduate
Study in Educational and Social Research by Distance Learning University of
London, 2014
[5] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010, hal. vi
[6] John W. Creswell, Research
Design: Qualitative, Quantittative, and Mixed Methods Approaches. Third
Edition. California: Thousand Oaks, 2009, hal. 217-218
[7] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010, hal. 43
[8] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010, hal. 37
[9] Sukardi, Metodologi
Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2016, hal. 198
[10] Sukardi, Metodologi
Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2016, hal. 198
[11] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010, hal. 39
[12] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible for
Statistics Canada, 2010, hal. 37-38
[13] Edith D. de Leeuw, Joop
J. Hox dan Don A. Dillman, International Handbook of Survey Methodology. European Association of Methodology (EAM),
2009, hal. 115
[14] Sukardi, Metodologi
Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2016, hal. 200
[15] Sukardi, Metodologi
Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2016, hal. 200
[16] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010, hal. 41
[17] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010, hal. 46
[18] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010, hal. 46
[19] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010, hal. 47
[20] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010, hal. 47
[21] Outhor Team, Survey Methods and Practices. Canada: Minister responsible
for Statistics Canada, 2010, hal. 47
[22] Smith, T. W. (2007). Survey non-response procedures in cross-national perspective: The 2005 ISSP non-response survey. Survey Research Methods, 1(1), 45–54.
[23] Pennell, B-E., Mneimneh, Z., Bowers, A., Chardoul, S., Wells, J. E., Viana, M. C., … Vilagut, G. (2009). Implementation of the World Mental Health survey initiative. In R.
C. Kessler &
T. B. Üstün (Eds.), Volume 1: Patterns of mental illness in the WMH surveys. Cambridge, MA:
Cambridge University Press.
[24] Pennell, B-E., Mneimneh, Z., Bowers, A., Chardoul, S., Wells, J. E., Viana, M. C., … Vilagut, G. (2009). Implementation of the World Mental Health survey initiative. In R.
C. Kessler &
T. B. Üstün (Eds.), Volume 1: Patterns of mental illness in the WMH surveys. Cambridge, MA:
Cambridge University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan yang terbaik dan konstruktif kearah yang lebih baik, terima kasih