Sabtu, 28 Juli 2012

6 (Enam) Karakteristik Peserta Didik


Enam karakteristik peserta didik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya:
1.      Kelas adalah multidimensional. Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis, dan matematika, sampai aktivitas sosial, seperti bermain, berkomunikasi dengan teman, dan berdebat. Guru harus mencatat jadwal dan membuat murid menuruti dengan jadwal. Tugas harus diberikan, dimonitor, dikoleksi, dan dievaluasi. Murid punya kebutuhan individu yang lebih mungkin dipenuhi jika guru mau memerhatikannya.
2.      Aktivitas terjadi secara simultan. Banyak aktivitas kelas terjadi secara silmutan. Satu klaster (cluster) murid mungkin mengejakan tugas menulis, yang lainnya mediskusikan suatu cerita bersama guru, dan murid lainnya mengerjakan tugas yang lain, dan yang lainnya lagi mungkin berbicara tentang apa yang akan mereka lakukan setelah kelas dan seterusnya.
3.      Hal-hal terjadi secara tepat. Kejadian sering kali terjadi di kelas dan membutuhkan respon yang cepat. Misalnya, dua murid berdebat tentang kepemilikan sebuah buku catatan; seorang murid mengeluh bahwa murid lain menyontek jawabannya, ada murid yang mendahului giliran, ada yang mencoret tangannya dengan pena, dua murid tiba-tiba bertengkar saling mengejek, atau murid bersikap kasar kepada anda.
4.      Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi. Meskipun anda membuat rencana dengan hati-hati dan rapi, kemungkinan besar akan muncul kejadian diluar rencana: alarm kebakaran berbunyi, seorang murid sakit; dua murid berkelahi; komputer rusak; pertemuan tak terduga; pemanas rusak di musik dingin; dan sebagainya.
5.      Hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat publik dimana murid melihat guru mengatasi masalah, melihat kejadian tidak terduga, dan mengalami frustasi. Beberapa guru melaporkan bahwa mereka berada di “atas bara api” atau terus menerus diplototi. Apa-apa yang terjadi dalam diri satu murid dilihat oleh murid lain, dan murid lain membuat atribusi tentang apa yang terjadi. Dalam satu kasus, mereka mungkin memandang bahwa guru tidak adil dalam memberikan hukuman. Dalam kasus lain, mereka mungkin  mengapresiasi sensitivitas guru terhadap perasaan murid.
6.      Kelas punya sejarah. Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi dikelas pada waktu dahulu. Mereka ingat bagaimana guru menangani perilaku yang bermasalah diawal tahun, dimana guru bersikap ilih kasih, dan bagaimana guru menepati janjinya. Karena masa lalu mempengaruhi masa depan, adalah penting bagi guru untuk mengelola kelas dengan cara yang mendukung ketimbang melemahkan pembelajaran esok harinya. Ini berarti bahwa minggu pertama tahun sekolah adalah penting untuk membangun  prinsip manajemen yang efektif.[1]


[1] John W. Santrock, Educational Psichology, 2ndEdition, alih bahasa Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana, 2007, hal. 555-556

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan yang terbaik dan konstruktif kearah yang lebih baik, terima kasih

Kasih sayang

https://soundcloud.com/user-998203906/editing-audio_b