Enam karakteristik peserta didik yang merefleksikan
kompleksitas dan potensi problemnya:
1.
Kelas adalah
multidimensional. Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas, mulai
dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis, dan matematika, sampai
aktivitas sosial, seperti bermain, berkomunikasi dengan teman, dan berdebat.
Guru harus mencatat jadwal dan membuat murid menuruti dengan jadwal. Tugas
harus diberikan, dimonitor, dikoleksi, dan dievaluasi. Murid punya kebutuhan
individu yang lebih mungkin dipenuhi jika guru mau memerhatikannya.
2.
Aktivitas terjadi secara
simultan. Banyak aktivitas kelas terjadi secara silmutan. Satu klaster (cluster)
murid mungkin mengejakan tugas menulis, yang lainnya mediskusikan suatu cerita
bersama guru, dan murid lainnya mengerjakan tugas yang lain, dan yang lainnya
lagi mungkin berbicara tentang apa yang akan mereka lakukan setelah kelas dan
seterusnya.
3.
Hal-hal terjadi secara
tepat. Kejadian sering kali terjadi di kelas dan membutuhkan respon yang
cepat. Misalnya, dua murid berdebat tentang kepemilikan sebuah buku catatan;
seorang murid mengeluh bahwa murid lain menyontek jawabannya, ada murid yang
mendahului giliran, ada yang mencoret tangannya dengan pena, dua murid
tiba-tiba bertengkar saling mengejek, atau murid bersikap kasar kepada anda.
4.
Kejadian sering kali
tidak bisa diprediksi. Meskipun anda membuat rencana dengan hati-hati dan
rapi, kemungkinan besar akan muncul kejadian diluar rencana: alarm kebakaran
berbunyi, seorang murid sakit; dua murid berkelahi; komputer rusak; pertemuan
tak terduga; pemanas rusak di musik dingin; dan sebagainya.
5.
Hanya ada sedikit
privasi. Kelas adalah tempat publik dimana murid melihat guru mengatasi
masalah, melihat kejadian tidak terduga, dan mengalami frustasi. Beberapa guru
melaporkan bahwa mereka berada di “atas bara api” atau terus menerus diplototi.
Apa-apa yang terjadi dalam diri satu murid dilihat oleh murid lain, dan murid lain
membuat atribusi tentang apa yang terjadi. Dalam satu kasus, mereka mungkin
memandang bahwa guru tidak adil dalam memberikan hukuman. Dalam kasus lain,
mereka mungkin mengapresiasi
sensitivitas guru terhadap perasaan murid.
6.
Kelas punya sejarah.
Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi dikelas pada waktu dahulu. Mereka
ingat bagaimana guru menangani perilaku yang bermasalah diawal tahun, dimana
guru bersikap ilih kasih, dan bagaimana guru menepati janjinya. Karena masa
lalu mempengaruhi masa depan, adalah penting bagi guru untuk mengelola kelas
dengan cara yang mendukung ketimbang melemahkan pembelajaran esok harinya. Ini berarti
bahwa minggu pertama tahun sekolah adalah penting untuk membangun prinsip manajemen yang efektif.[1]
[1] John
W. Santrock, Educational Psichology, 2ndEdition, alih bahasa
Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana, 2007, hal. 555-556
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan yang terbaik dan konstruktif kearah yang lebih baik, terima kasih